saddam

Ummul Kitab Adalah Ibu dari segala aktifitas kita, jadikanlah ummul kitab sebagai permulaan semua aktivitas kita, supaya aktifitasmu terarah oleh-Nya

Sabtu, 02 Juli 2011

IJTIHAD, ITTIBA’, ATAU TAQLID ?


Orang Indonesia sering mengucapkan kata Bid’ah, Thogut dan lain sebagainya, sekarang yang perlu kita tanyakan pada diri kita sendiri, sudah pahamkah kita mengenai Bid’ah Thogut, dst itu??? Mari belajar bersama-sama supaya kita tidak menyebarkan fitnah-fitnah yang menurut kita sebuah kebenaran. Kali ini akan bahas Ijtihad, Ittiba’, dan Taqlid yang bisa dibandingkan juga dengan Bid’ah.

Orang hidup itu ada dua jalan. Jalan pertama dia mencoba sendiri, menjalani sendiri, memutuskan sendiri, dan menanggung akibatnya sendiri. Jalan ini disebut ijtihad, subjeknya disebut mujtahid (freeman). Kata ini berakar dari kata jihad. Jalan kedua adalah mengikuti orang lain yang kita jadikan panutan. Rasyid Ridha membagi jalan kedua ini menjadi dua bagian, yaitu ittiba’ dan taqlid. Ittiba’ (pelakunya disebut muttabi’) berarti mengikuti sesuatu dengan terlebih dahulu memahami apa yang diikutinya.Taqlid (subjeknya disebut muqallid) adalah mengikuti tanpa memahami apa yang diikutinya itu.

Yang menjadi garis Muhammadiyah adalah Jangan menjadi muqallid.
Dan tentang ijtihad-ittiba’-taqlid, ini bukan hanya tentang urusan shalat tetapi juga tentang urusan negara. Pasal-pasal hukum Indonesia, reformasi, demokrasi, semuanya adalah bentuk taqlid. Maka kita adalah bangsa muqaliddin. Kita sering terbalik dan tertukar-tukar. Di wilayah yang seharusnya merdeka (seperti musik dan kesenian lain) kita justru bersikap taqlid, dan begitu pula sebaliknya.
Negara federal pertama di Nusantara adalah Demak Bintoro. Pada waktu itu terjadi transformasi yang dikawal Sunan Kalijaga dari Majapahit pedalaman menjadi negara federasi dengan tanah-tanah perdikan.

Di dalam Islam ada empat dimensi pemimpin, yaitu :

1. Ra’is (berasal dari kata ra’sun yang berarti kepala) adalah pemimpin yang berada di jajaran paling atas dari suatu struktur.
2. Imam (berasal dari kata ummun : Ibu) adalah bahwa pemimpin adalah dia yang mempunyai daya kasih sayang.
3. Amir (berasal dari kata amr : perintah), pemimpin punya legitimasi untuk memerintah
4. Qa’idh (berasal dari kata qudwah : teladan), pemimpin adalah yang mampu memberikan keteladanan

Dari khasanah Jawa kita mendapatkan tiga dimensi kepemimpinan :

1. Ing ngarsa sung tuladha (memberikan teladan di depan yang dipimpin)
2. Ing madya mangun karsa (to be just someone among others)
3. Tut wuri handayani (di belakang orang-orang yang dipimpinnya, menggembala, angon)
Kita bisa belajar dari Jawa, Bugis, Mandar, dan dari mana saja untuk berijtihad, untuk menciptakan Indonesia yang tidak beta lagi, untuk merilis Indonesia yang sesungguhnya.

Jadi, kesimpulannya, bid’ah itu adalah hal yang baru yang tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah dalam bidang ibadah Mahdhoh (Syahadat,Sholat, Puasa, Zakat, dan Haji) selain itu ya ijtihad manusia sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan dengan akal pikiran dari hubungan vertikal horisontal (Facebook, komputer, pesawat, kereta,dan masih banyak yang lainnya...) dan sekali lagi yang tidak berkaitan dengan ibadah Mahdhoh adalah ijtihad manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar