saddam

Ummul Kitab Adalah Ibu dari segala aktifitas kita, jadikanlah ummul kitab sebagai permulaan semua aktivitas kita, supaya aktifitasmu terarah oleh-Nya

Senin, 20 Juni 2011

SAYA MANUSIA WAJIB, SUNNAH, MUBAH, MAKRUH, ATAU HARAM??

Ternyata derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana diri punya nilai manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda “Khairunnas anfa’uhum linnas” “Sebaik-baik manusia diantaramu adl yg paling banyak mamfaat bagi orang lain.” Hadits ini seakan-akan mengatakan bahwa jikalau ingin mengukur sejauh mana derajat kemuliaan akhlak kita maka ukurlah sejauh mana nilai manfaat diri ini? Istilah Emha Ainun Nadjib- tanyakanlah pada diri ini apakah kita ini manusia wajib sunat mubah makruh atau malah manusia haram? Apa itu manusia wajib? Manusia wajib ditandai jikalau keberadan sangat dirindukan sangat bermafaat perilaku membuat hati orang di sekitar tercuri. Tanda-tanda yg nampak dari seorang manusia wajib diantara dia seorang pemalu jarang mengganggu orang lain sehingga orang lain merasa aman darinya. Perilaku keseharian lbh banyak kebaikannya. Ucapan senantiasa terpelihara ia hemat betul kata-kata sehingga lbh banyak berbuat daripada berbicara. Sedikit kesalahan tak suka mencampuri yg bukan urusan dan sangat ni’mat kalau berbuat kebaikan. Hari-hari tak lepas dari menjaga silaturahmi sikap penuh wibawa penyabar selalu berterima kasih penyantun lemah lembut bisa menahan dan mengendalikan diri serta penuh kasih sayang.

Bukan kebiasaan bagi yg akhlak baik itu perilaku melaknat memaki-maki memfitnah menggunjing bersikap tergesa-gesa dengki bakhil ataupun menghasut. Justru ia selalu berwajah cerah ramah tamah mencintai krn Allah membenci krn Allah dan marah pun krn Allah SWT subhanallaah demikian indah hidupnya.

Karena siapapun di dekat pastilah akan tercuri hatinya. Kata-kata akan senantiasa terngiang-ngiang. Keramahan pun benar-benar menjadi penyejuk bagi hati yg sedang membara. Jikalau saja orang yg berakhlak mulia ini tak ada maka siapapun akan merasa kehilangan akan terasa ada sesuatu yg kosong di rongga qolbu ini. Orang yg wajib ada pasti penuh mamfaat. Begitulah kurang lebih perwujudan akhlak yg baik dan ternyata ia hanya akan lahir dari semburat kepribadian yg baik pula.

Orang yg sunah keberadaan bermanfaat tetapi kalau pun tak ada tak tercuri hati kita. Tidak ada rongga kosong akibat rasa kehilangan. Hal ini terjadi mungkin krn kedalaman dan ketulusan amal belum dari lubuk hati yang paling dalam. Karena hati akan tersentuh oleh hati lagi. Seperti hal kalau kita berjumpa dgn orang yg berhati tulus perilaku benar-benar akan meresap masuk ke rongga qolbu siapapun.

Orang yg mubah ada tak ada tak berpengaruh. Di kantor kerja atau bolos sama saja. Seorang pemuda yg ketika ada di rumah keadaan menjadi berantakan dan kalau tak adapun tetap berantakan. Inilah pemuda yg mubah. Ada dan tiada tak membawa manfaat tak juga membawa mudharat.

Adapun orang yg makruh keberadan justru membawa mudharat. Kalau dia tak ada tak berpengaruh. Arti kalau dia datang ke suatu tempat maka orang merasa bosan atau tak senang. Misal ada seorang ayah sebelum pulang dari kantor suasana rumah sangat tenang tetapi ketika klakson dibunyikan tanda sang ayah sudah datang anak-anak malah lari ke tetangga ibu cemas dan pembantu pun sangat gelisah. Inilah seorang ayah yg keberadaan menimbulkan masalah.

Lain lagi dgn orang bertipe haram keberadaan malah dianggap menjadi musibah sedangkan ketiadaan justru disyukuri. Jika dia pergi ke kantor perlengkapan kantor pada hilang maka ketika orang ini dipecat semua karyawan yg ada malah mensyukurinya.

Masya Allah tak ada salah kita merenung sejenak tanyakan pada diri ini apakah kita ini anak yg menguntungkan orang tua atau hanya jadi benalu saja? Masyarakat merasa mendapat manfaat tak dgn kehadiran kita? Ada kita di masyarakat sebagai manusia apa wajib sunah mubah makruh atau haram? Kenapa tiap kita masuk ruangan teman-teman malah pada menjauhi apakah krn perilaku sombong kita? Kepada ibu-ibu hendak tanyakan pada diri masing-masing apakah anak-anak kita sudah merasa bangga punya ibu seperti kita? Pu manfaat tak kita ini? Bagi ayah cobalah mengukur diri saya ini seorang ayah atau gladiator? Saya ini seorang pejabat atau seorang penjahat? Kepada para mubaligh harus berta benarkah kita menyampaikan kebenaran atau hanya mencari penghargaan dan popularitas saja?

Sekarang marilah refleksi dari diri kita sendiri, Indonesia sekarang mengalami keterbelakangan kedewasaan mungkin masih terlalu banyak manusia haramnya daripada manusia wajib,Sunnah, maupun mubahnya...Wallahu A’lam.

{Sumber : Tabloid MQ EDISI 01/TH.II/MEI 2001}

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

Tidak ada komentar:

Posting Komentar