By: Ahmad Sadam Husaein
Dalam Al-Qur’an Surat At-tiin
ayat 4-8 ;
(4)
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya(5).Kemudian
kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)(6).Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya (7). Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan
(hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?(8).Bukankah Allah
hakim yang seadil-adilnya?
Ketika
mengkaji isi surat
At-tiin ayat 4 s/d 8 di atas saya merenung sejenak, bagaimana manusia
diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya? padahal tak ada manusia yang
sempurna, semuanya mempunyai kekurangan. Lalu yang dimaksud sebaik-baiknya di sini
yang bagaimana?
Dari renungan
tersebut saya teringat pelajaran biologi di sekolah dulu, guru pernah
mengatakan bahwa istilah makhluk hidup mengacu pada tiga jenis ciptaan Tuhan,
yaitu Tumbuhan, Hewan, dan Manusia. Dan ciri-ciri dari makhluk hidup ada tiga
(1) Tumbuh, (2)Berkembang Biak, (3) Bernafas.
Kalau misalnya
saya mengambil contoh pohon mangga, ia merupakan makhluk hidup karena bisa
tumbuh, berkembang biak, dan juga bernafas. Dari sebuah biji, ia tumbuh menjadi
sebuah pohon yang rimbun hingga menghasilkan buah. Pohon mangga juga berkembang
biak, jika kita menanam biji mangga dan merawatnya dengan baik, biji itu akan
tumbuh menjadi pohon mangga baru.
Dibalik mata
lahir yang terbatas, pohon mangga juga bernafas dengan cara menghirup zat Co2
(karbondioksida). Itu sebabnya, di jalan-jalan sangat dianjurkan untuk ditanami
pohon, karena dapat menyerap polusi zat Co2 yang berasal dari kendaraan
bermotor maupun asap pabrik.
Hewan adalah
contoh makhluk hidup lain yang juga bernafas, tumbuh, dan berkembang biak. Seekor
induk Harimau misalnya akan melahirkan bayi Harimau yang seiring perjalanan
waktu, bayi itu akan tumbuh menjadi Harimau dewasa. Tentu saja, selama masih
hidup Harimau itu akan selalu bernafas.
Nah sesuai isi
surat At-tiin
di atas pertanyaannya adalah, apakah cukup manusia di dunia ini hanya untuk
bernafas, tumbuh, dan berkembang biak seperti tumbuhan dan hewan? Kalau
hanya demikian bukankah berarti kita sebagai manusia tak ada bedanya dengan
hewan dan tumbuhan ? padahal, Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk
yang sempurna. Ia memiliki akal dan hati. Dua hal yang tak dipunyai oleh
makhluk lain. Dengan kedua kelebihan itu, manusia bisa mengeksplorasi bahwa
ternyata ada yang lebih penting dari sekedar bernafas, tumbuh, dan berkembang
biak. Manusia sebagai makhluk yang dianugrahi akal dan hati dituntut umtuk
mampu mengenali hakekat hidup yang sebenarnya.
Apa sih
sebenarnya makna hidup itu?
Kalau melihat
fenomena di jepang angka bunuh diri di Negara Jepang ternyata sangat tinggi,
dari data yang saya peroleh di internet angkanya mencapai tiga puluh ribu orang pertahun. Alasan paling
utama dibalik kasus ini adalah PHK (pemutusan Hubungan Kerja) Hal ini sangat
mengherankan, karena ternyata lapangan pekerjaan di jepang masih banyak. Tapi
di sana, yang
dipersoalkan bukan sulitnya mencari pekerja’an baru, tetapi yang membuat warga
jepang bunuh diri karena mereka hanya tidak kuat menanggung malu karena
dihentikan. Mereka mengartikan bahwa orang yang di PHK adalah orang yang tidak
berkualitas. Tak mengherankan, jika kemudian banyak yang berpikiran sempit,
daripada menanggung rasa malu, lebih baik mengakhiri hidup. Bagi mereka hidup
dikatakan bermakna jika kualitas mereka diakui oleh perusahaan tempat mereka
bekerja.
Mengkaji
fenomena di atas orang jepang memaknai hidupnya apabila hidup mereka
berkualitas dengan diakui mereka oleh sebuah perusahaan.lantas apa gunanya kita
di dunia ini jika kita hanya mementingkan diri kita sendiri?
Apa bedanya manusia dengan Hewan?
- kalau orang bekerja mencari uang untuk membeli makan dan membangun tempat tinggal. Apa bedanya dengan Hewan?
- kalau orang bekerja untuk melampiaskan kasih sayang pada anak, istri/suaminya. Apa bedanya dengan hewan?
- kalau orang bekerja hanya mengejar jabatan agar ia berkuasa atas orang lain. Apakah bedanya dengan hewan?
Manusia adalah
makhluk sosial yang membutuhkan berhubungan antar sesamanya. Kebutuhan ini
bersifat mutlak dan universal. Dalam ajaran islam, setiap kali bertemu dengan
sesama muslim, kalimat pertama yang harus kita ucapkan adalah “Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh”. Ucapan ini bukan sekedar sapaan, tetapi juga
merupakan sebuah do’a untuk keselamatan. Ini menunjukkan betapa dalam ajaran
islam (rahmatan lil alamin).
Apa
gunanya kita lahir di dunia ini kalau kita tidak bermanfa’at? Allah SWT
menurunkan kita ke dunia ini supaya menjadi Khalifah atau pemimpin. Seorang pemimpin yang sejati adalah
yang bisa memberikan arti bagi orang-orang yang dipimpinnya. Rosulullah SAW
sendiri pernah mengingatkan umat islam untuk selalu memberikan sesuatu yang
berguna bagi manusia yang lain, sabdanya :“sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfa’at bagi manusia lain”. (HR Bukhori).
Gerak
atau Perubahan manusia harus memberi manfa’at bagi dirinya sendiri dan orang
lain, makanya dalam hadits yang lain Rosul SAW, mengingatkan kita akan
pentingnya berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. “orang yang hari
ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang rugi, orang yang hari ini lebih
buruk dari hari kemarin adalah orang yang celaka, dan orang yang hari ini lebih
baik dari hari kemarin adalah termasuk orang yang beruntung”.
Jadi, yang dimaksud orang beriman dan beramal sholeh
dalam surat
At-tiin ayat 6 adalah orang yang melakukan segala sesuatunya baik yang
bermanfa’at bagi dirinya sendiri maupun orang lain semua dikerjakan karena
Allah SWT. Dan janji Allah akan memberikan pahala bagi mereka yang tiada putusnya.
Apakah kita
sudah termasuk orang yang beriman dan beramal Sholeh?
Tentunya tidak
mudah untuk menjadi orang yang beriman dan beramal sholeh, karena kata Allah
dalam Al-Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 155-156;
“kami akan
menguji kamu dengan bermacam-macam percobaan diantaranya ketakutan, kelaparan,
kehabisan harta, kematian keluarga, kekurangan hasil bumi.dan bergembiralah
orang-orang yang sabar dan apabila ditimpakan mereka kesusahan, mereka berkata
“sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali”.
Sesuatu kesenangan
dan kesusahan yang tak dapat disyukuri oleh orang yang bersangkutan, itu
berarti azab dan sebaliknya, sesuatu kesenangan atau kesusahan yang senantiasa
di syukuri itu berarti ujian.
Dalam
kenyataaan hidup keseharian, banyak orang yang tak pernah puas dengan apa yang
sudah dimiliki, merasa miskin walaupun menurut pandangan masyarakat umum,
mereka hidup berkecukupan, sehingga tak mengherankan bila sebagian orang yang
sebenarnya dalam kacamata umum dianggap cukup, mereka berani mengkorup harta
rakyat, padahal katanya mereka terhormat, padahal katanya mereka pejabat, dan
padahal katanya mereka konglomerat, padahal katanya mereka birokrat, katanya
mereka wakil rakyat! Mereka tidak pernah puas dan selalu merasa kurang.
Sedangkan Orang yang meyakini bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak
Tuhan, pasti tabah dalam menghadapi kesulitan.
Oleh karena
itu, untuk memperoleh keseimbangan hidup dunia dan akhirat yaitu dengan menjadi
manusia yang sebaik-baik cipta’an Allah SWT, maka jadilah manusia yang
bermanfa’at bagi manusia yang lainnya dan manusia yang selalu mengingat
Tuhannya serta menyadari bahwa manusia sebagai kholifah sekaligus menjadi hamba
di muka bumi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar